Jumat, 03 Desember 2010

TAWANAN

TAWANAN

Kram otak_botak tempurung sendi-sendi
Alarm melolong siang bolong waktu lamunku pergi keladi
Dunia tak selebar daun kelor
Dunia tak selompatan katak hujan

Buat aku ayan tersentak-sentak : gelenyar listrik
Menendang limbik yang berderit-derit ngibrit
Serigala ribuan,pegasus ribuan dan lebah-lebahnya menyeruak
bedebah,bedebah...siapa menjajah kepalaku ???

Kompeni sinting,nungging dan bunting seenak perut
Dongeng-dongeng miring yang meluncur dari curam hikayat
Tentang aku
Tentang aku ; yang mereka sekap di menara sihir

Tuhan ; dan utuslah cahayaMu yang menembus !


@by : Anni Soetardjo

KATARSIS

KATARSIS

Delusi kaotik
Skandal terkubur
Cara menjur untuk histeris
Relung terpasung,terpasung
Sungsang : aaaaaaarrggghhhhhh.....!!!!!

Nikmatnya melaknat jantung
Sekarat di pengasingan

(bergelung seperti anak kucing)


@by: Anni Soetardjo

TOLSTOY

Dan aneh tentang menunggu ini,aku tak berharap kedatangan
Sedegup-sedegup telah reda histeria pada bayangan
Tuhan Yang Tahu tapi menunggu (kata Tolstoy)

Dan aku sedih waktu kau bilang : "aku belum pernah bertemu Dia.."

Dan aku sedih tak ada disana untuk bicara pada bungkammu
Hati yang ditikam kosong,hancur berkali-kali
Lalu disusun ulang menjadi hampa rasa,sembilu murka

Mengapa kau begitu tak sabar ?


@by: Anni Soetardjo

..SEBAIKNYA AKU HILANG..

Mestikah aku takut pada kesombongan dan ketakutanku jika untuk alasan itulah : kau akan membenciku

Kebencianmu_adalah berlipat-lipat kali lebih menakutkan dari kesombongan atau ketakutanku __atau bahkan dari kebencianku pada diriku sendiri...

Tiba-tiba aku menciut,terlipat-lipat dalam kepengecutan
Tertunduk lesu dalam diam lengang

Sebaiknya aku hilang !!!


@by: Anni Soetardjo...kapan aku BENCI kau,coba..??!
(paling aku cuma benci kebodohan dan syetan di dirimu itu..??!!}

PUISI TERAKHIR

Kapan,kau biarkan aku menulis puisi terakhir tentangmu
Aku jemu beradu bintang-bintang
Menyaru ini sebah lintang-pukang dalam menjelang

_sementara lidahku terus saja bergumam kesetanan...

Kapan kikisnya roman niskala tentang langit terbentang
Bimasakti tak lagi sakti dan matahari menantang
Aku telah menua dengan kalap......

Tak punya lagi daya untuk bertembung dengan bayang-bayang !


@by: Anni Soetardjo.......

GEMETAR dan BUNGKAM

Di tangan kecilku,sekepal yang gentar
Seharusnya ada gada raksasa,karena sungguh aku ingin
Menghantamkan sesak ke dadamu

Seperti kau telah meletakkan uhud di dadaku
Demi alasan-alasan yang rentan berubah frontal
Perang antara ingin dan tak ingin

Lalu apa inginmu ?
Karena sekali aku tiba di depanmu
Hanya gemetar lututku yang bersaksi

Bungkam


@by: Anni Soetardjo...bagus itu : BUNGKAM...he he he

TENTANG BESOK

Tentu saja jika aku berpikir tentang besok,dadaku akan tertohok
Apa salah jika aku takut pada waktunya nanti_aku lepas kendali

Terpaku : oleh ribuan paku yang ku tancapkan dari keluku

Hingga usaha terbaikmu untuk membebat lukaku sia-sia
Dan kita sama-sama tersakiti oleh kenangan yang tak mau halau

Mengendap : menyatu dan membatu dalam kalbu !




@by: Anni Soetardjo

SEMUA WARNA BIRU

Kekasihku,

mengapa semua warna biru berkumpul satu di hatiku ?
Terhampar bagai beludru kelu

yang menyaru semu pipi
Haru tak bertepi

Jika yang kutahu hanya memberi_

mengapa masih tersisa derit pintu

Yang ketika aku menoleh,airmataku meleleh
Bukan kau !

Berapa lama lagi_jam dinding mulai bosan,Sayang...


@by: Anni Soetardjo.........

SINGKONG KEJU

Di sepotong keju aku lahap mengunyah asinmu
Berdampingan singkong rebus hasil menebus peluh

Lezat sekali,Kawan !

Kau masih mempercayaiku berbagi sepinggan rahasia
Tentang angin yang tak kembali dan hujan yang selalu pulang

Terpingkal,tersengal kita bersahutan tragedi

Balai-balai landai sampai ke hati
Kita bercakap-cakap tentang piring yang sering kosong

Namun jiwa tetap bersyukur



@by: Anni Soetardjo...........

BUNTU

BUNTU

oleh Anni Soetardjo pada 25 November 2010 jam 14:15



Langit di tinggi pelataran

Dua lusin jejak bintang berhamparan

Di tepi rumput terpangkas rapi ; aku gambarkan langkah yang tak pernah pulang

Telah tiga pesawat bising melintas rendah

Gelisah membunca-buncah pada bayang tiang lampu

Malam sehaluan sepi

Kekariban hati dan rumah berpintu biru

Menunggu

Canggung tak bersepatu

Menapak kerikil dan jalan mulus berambu

Ke ujung sepi yang satu lagi_ke relung hati punyamu

Meski dunia ternyata buntu

Tunggulah aku,diatas batu yang mulai menyusut
Di hamparan tikar yang menciut_di selasar sepi rumah tua
Dengan hati yang paling pandu

Tunggulah aku,barangkali kebodohanku berkurang satu
Dan kau mengisi
Dan kita terisi
Mengais remah roti yang kau sisakan sebagai jejak

Agar alpa dan sesatku yang mulai pekat
menemu cahaya : sekedap lilinmu
Bergoyang-goyang memunggung angin di luar pintu

Telah aku terasing pada mahaluas ambisi
Dingin ditubi jarum hujan emosi
Ahh,mana kutahu yang ku butuh cuma satu

Senyummu...

Senyummu dan aku-lah orang yang beruntung !


ALIH...

ALIH

oleh Anni Soetardjo pada 26 November 2010 jam 14:55



Aku malu mengakui bahwa aku tak sanggup

Menjajari langkah lincahmu menapak tapal di semak duri

Sekian banyaknya pertimbangan mengambang di paya-paya

Bukan seperti teratai menjuntai malu-malu

Senyumku sekusam belacu

Terpaksa ku alih pandang jatuh telungkup di atas tanah

Marah pada sepasang matamu naif merayu

Ah,seikat mawar merah yang dulu kau letakkan di jambangan terbuang dalam melayu

Memang lebih mudah bagi yang pergi daripada yang ditinggalkan

Pergilah saja,pergilah lagi aku tak peduli

Cukup sudah aku menanti mereka-reka hari berganti

Takkan kusiangi ilalang tinggi diantara bunga-bungamu

Kawan,biarkan saja kita berlari ke arah berlawanan


Nanti,yang tak kutahu kapan itu,akan kuraih ranum tanganmu
Tanpa ragu aku mengaku semua yang tersembunyi
Aku yang sekarang masih terlalu muda
Masih suka makan pepaya (???)

Belangku masih coreng-moreng sana-sini
Sama sekali alur pikiranku tak seksi,rentan cedera
Apalagi caraku meringis jangan-jangan mirip bayi
Butuh bahu untuk dipeluk

Cup-cup-cup...yang dewasa harus mengalah

SAUDADE kwadrat.....

TERJADI LAGI

oleh Anni Soetardjo pada 26 November 2010 jam 15:04

( dari gumam samar si Nona Linglung )

Terjadi lagi : deja vu

Nikmatnya beradu jari mencumbu luap rindu berbalas sapa mati

Terjadi lagi : saudade

Ngilu sum-sum berdenyut nyeri pori sekujur nadi menjerit letih

Tentang kita tanpa balada atau hikayat dua sejoli

( biasa-biasa saja )

Tentang candu kepayang yang kuhisap biang onarnya

Selinting keji

Jika aku harus bersaing dengan kewajiban apalagi dengan Tuhan

Ingat saja : aku bukan siapa-siapamu

Jika bersibuk sia-sia merebut himayahmu

Menyerahlah sekarang juga !

Tuan Yang Budiman : bawakan segera cawan obatku.....

TRAMPOLIN

TRAMPOLIN

oleh Anni Soetardjo pada 26 November 2010 jam 15:16



Trampolin-trampolin

Berpentalan ke cakrawala

Tawa airmata terlepas sukma

Terhempas lantas terlonjak

Ke atas

Ke dunia tanpa batas

Terbebas dari sengsara menelan ampas

Sekilas bangga dalam pengihatanmu

Atau berkilas-kilas malu,padaku...

Padaku yang jelas-jelas berjumpalitan menghindari manuver angin

KURANG DARI SEUMUR HIDUP

KURANG DARI SEUMUR HIDUP

oleh Anni Soetardjo pada 27 November 2010 jam 13:35


Kurang dari limabelas menit lagi harus kuselesaikan puisi ini

Di pojok sana si bungkuk jelek menunggu bersungut-sungut dengan tongkatnya

Siap menghajarku bila jatuh dari temponya

Ini menggelikan,mana ada makhluk yang makan kata dan minum ilusi ?

Kurang dari seumur hidup aku harus menyelesaikan narasi sejati punyaku sendiri

Dua malaikat dekat sekali kanan-kiriku memberi aba-aba jalan ke sulurnya surga

Berkali-kali coba kupanjat,tapi tanganku licin oleh pamrih pada manusia

Juga pada dunia yang minta hati,lagi dan lagi

Tapi sebaiknya ku hela nafas dengan benar

Dan batas waktu yang menggerutu biarkan saja jenuh menunggu

HAFALAN

oleh Anni Soetardjo pada 02 Desember 2010 jam 20:51



Komat-kamit kulafalkan rangkaian kata,mereka bilang itu do'a-do'a

Kuhafalkan demi angka-angka pada raporku (sebentar lagi ujian !)

Yang menungguku memberi warna biru,hijau_asal jangan merah

Malam ini belum kutahu untuk apa merapal hati dan menadah tangan

Pahamilah,aku hanya bersedia untuk setor lapor

Sedikit harga diri jatuh jika malu teledor

Besok-besok kalau akalku telah genap mengeyam hidup sebenarnya

Semua yang hari ini hanya tugas agar berhamburan ke langit tujuh

Memintal benang-benang pengharapan ; BERLABUH

Ke lauh tak tersentuh__melainkan dengan do'aku !