BUNTU
Langit di tinggi pelataran
Dua lusin jejak bintang berhamparan
Di tepi rumput terpangkas rapi ; aku gambarkan langkah yang tak pernah pulang
Telah tiga pesawat bising melintas rendah
Gelisah membunca-buncah pada bayang tiang lampu
Malam sehaluan sepi
Kekariban hati dan rumah berpintu biru
Menunggu
Canggung tak bersepatu
Menapak kerikil dan jalan mulus berambu
Ke ujung sepi yang satu lagi_ke relung hati punyamu
Meski dunia ternyata buntu
Tunggulah aku,diatas batu yang mulai menyusut
Di hamparan tikar yang menciut_di selasar sepi rumah tua
Dengan hati yang paling pandu
Tunggulah aku,barangkali kebodohanku berkurang satu
Dan kau mengisi
Dan kita terisi
Mengais remah roti yang kau sisakan sebagai jejak
Agar alpa dan sesatku yang mulai pekat
menemu cahaya : sekedap lilinmu
Bergoyang-goyang memunggung angin di luar pintu
Telah aku terasing pada mahaluas ambisi
Dingin ditubi jarum hujan emosi
Ahh,mana kutahu yang ku butuh cuma satu
Senyummu...
Senyummu dan aku-lah orang yang beruntung !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar