SATU LAWAN SATU
ESKATOLOGI
Tanpa ilustrasi simbolik
Kosmik digulung luluh lantak pasca sangkakala
Bayi susuan tercerai putingnya
Matahari mengorbit dari negasi
Dan jeritan mencabik-cabik iba riuh redah tak beribu
Ayat kharismatik telah konkrit
Demikian tanpa mistik dia mengada
Ketika urat jantungmu terpekik
Sudah terlambat menyadari janjiNya adalah PASTI
LAYAR
Tempat aku menuai badai letih berlari menghindar
Jatuh terjerengkang mencari-cari bandar
Pantai tiada tepi dan angin berkibar-kibar menantang dadaku sekali lagi :
“Ayo jantanlah.Satu lawan satu…!”
Nyalang menampar-nampar kening pipi
Dengan tanda samar seperti mercusuar redup
Hujatan pada nyiur melambai dan langit bersih
Yang memudarkan kewaspadaan
Memanjang,cakrawala lengang
Sepanjang ada gentar ketakutan akan ada debar keberanian
Berdiri di haluan berdiri di buritan kulantangkan sesumbar :
“Jika badai adalah bahtera maka aku nahkodanya…”
Tuhan,semoga ini bukan pelayaran terakhirku…
HABIS
Tak ada lagi yang bisa kubagi semua habis untuk diriku
Karena aku lah Sang Ego
Meruak sunyi,merunyam denting sumbang
Menyalak di derai keramaian
Kadang aku hilang dalam diamku
Kadang aku meradang pada sembarang hati yang kujumpa
Tapi tak jua aku puas menerima niskala
Hingga niscaya gelisah bertembung gelisah
Hampa membuncah diantaranya
Terperosok kosong melena seumpama
Labirin naif rahim ibuku
Tempat aku merasa dicintai dan tak dipertanyakan
Ingin jadi apa atau siapa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar