Rabu, 16 Juni 2010

BERSAMA............

Seluruh sudut bumi yang tak bersudut
Bersama-sama mengirimkan cahaya ke segenap cermin semesta lalu memantulkannya kembali ke satu titik : KAU

Entah ini silau atau pukau
Tapi dimataku hanya engkau
Satu titik rotasi yang mengacau ritme berlanjut
Tersendat sebuah cerita,tercekat sebuah nama
Sakaw membuta rontakan putaran detik yang lain
Jika tanpamu aku rabun meraba dunia
Jika tanpamu aku lolos tak bersumbu
Jika tanpamu aku adalah TANPA…

Mengapa aku disini membulan-bulani kebermaknaan
Dengan selaksa kosakata sejuta bahasa
Sedangkan semakin penuh aku semakin kosong
Dan dunia seperti OMONG-KOSONG belaka
Seperti lorong-lorong mataku yang tak lagi berlampu
Hey,kau…,jika tanpanmu aku adalah TANPA

Maka denganmu aku adalah KITA
(kita yang paling bermakna tanpa ketanpaan…)

{By: Anni Soetardjo...}

DAN AKU MEMBACA

Masih kuingat debu mengapung dalam seberkas cahaya pagi
Bau tua sekaligus belia pada lembarannya
Margareth Lea yang baru tiba atau Holly Golightly yang menghisap cerutu
Pohon Baobab yang kesepian atau tepian sungai Piedra dimana dia duduk menangis
Aku pun kadang menangis bersamanya
Di pangkuku,hipnotisku sejak halaman pertama

Ketika berjalan dalam keterbelahan meninggalkan klan Okumichi
Atau dia yang disuguhi tiga cangkir teh di lereng Himalaya
Terkesima terlarut dalam fusi aksi dan imajinasi
Sekali lagi tentang edensor dan koleksi surat-surat cinta
Sekali lagi tentang tokoh-tokoh yang ingin membuat perbedaan
Karena mereka memang berbeda,atau diperlakukan berbeda
Atau kita yang terlalu rindu untuk terbebas dari rutinitas monoton
Dan orang-orang yang itu-itu lagi

Kadang puisi
Kadang kutipan-kutipan indah
Kadang termangu,bersandar atau terbaring dalam fokus sebenarnya
_seringkali seolah-olah berada di dunia peri ta’jub tak terperi

Dan aku masih tak bisa berhenti berpikir mengapa Veronica memutuskan mati ?

{By: Anni Soetardjo}

PERMINTAAN

Atas permintaanmu aku akan melubangi bahtera kecilku
Karam sudah tak apa menderam di samudra

Atas permintaanmu akan kusongsangkan indrawiku
Rancu aku terbata mengeja huruf-hurufmu

Nafas
Lebur
Baur
Campur

Atas permintaanmu telah kupisahkan barat dan timur
Agar ada antara yang bukan sementara

Derai
Gerai
Lerai
Tapi mungkinkah ?

Selama kau masih aku...

{By: Anni Soetardjo}

Di Dalam Ring Yang Sama

Aku ingin membaca sajakmu lagi
Aku ingin gemetar itu ketika kau mengajakku memasuki ring
tanpa penonton atau lawan kita sama-sama meninju angin

Masih mereka-reka apa yang akan kau katakan malam ini
Selembar klausul tanpa syarat atau semu yang tersirat di balik topimu
tanpa topang dagu atau keengganan,aku berkenan

Berkenan menerima baitmu,pahitmu juga jeritku
Memang begitu wajah kita saling menghadap,menatap atap imaji
tanpa ratap,kita telah putuskan membuang kabung

Terimalah
Terimalah
Jika yang kubisa hanyalah menerimamu !

{By: Anni Soetardjo......he he he}

BUKAN KONOHA

Seperti Doraemon mengerti Nobita
Seperti Ai Haibara mengerti Conan Edogawa
Seperti Naruto mengerti Shasuke
Terimakasih telah mencoba mengerti aku…

Baling-baling bambu dan kantong ajaibku tak guna tanpamu
Investigasi dan asumsiku masih rentan tanpa penjelasanmu
Dan entah untuk apa jurus seribu bayangan yang kupelajari seumur hidup,namun
Terimakasih telah bersuara di ujung sana

Hallo ?
Hallo ??
Hallo ???

Apa kau butuh selembar perban dan obat merah
Atau sebuah sapaan dari sebrang hatimu

Terimakasih telah mengubah Nokia jadulku menjadi kotak ajaib
Jadi aku tak perlu mengaduk-aduk kantong ajaib Si Kucing Biru lagi

{By: Anni Soetardjo}

PENSIUN.........

Di air mukamu tenang tanda mendalam
Beriak di kening keriput tenggelam oleh kelam
Bukan silam gulana dihalau ke lalu karam

Menyirat tentang esok yang terperosok getih ke dalam nisbi
Cemasmu tampias ke cemasku dan aku jadi kelu
Apa yang bisa kulakukan demi kelegaanmu ?

Letup
Tiada kuncup perlu dicemas dia kan cari arah ke matahari
Letakkan perkakas dan kacamata tuamu,baringlah sebentar
Lututmu yang gemetar menahan gelenyar kedukaan
Sudah bukan masamu untuk menanggung

Lekas
Kibarkan bendera putih dan pulanglah ke benteng tinggimu
Danau biru dan sepiring lemuru telah menunggu
Sehari saja,bisakah kau menjadi HANYA DIRIMU ?

Di balik ketabahan itu tetap saja kau bukan malaikat
Di balik ketangguhanmu,berhentilah memahitkan madumu
Berhentilah menjadi PUSAT
Berhentilah menjadi alur yang tak punya tepi
Berhentilah sayat bibirmu

Ibu...apa yang tak lacur dari kencurku ?

Duduklah sebentar,biar dunia bergelut dengan carutnya...


{By: Anni Soetardjo.....ebookk...}

SOSOK

Wajahmu,sorot mata dan pelita tak ragu-ragu
Wajahku yang biasa mencoba tak begitu lugu
Wajah-wajah mereka yang curiga dan mereka-reka
Wajah-wajah dijajah kapitalisme atau antusiasme sejati

Suaramu menggema di cadas batu-batu kalbu
Suaraku tertahan diantara diaghframa gagu meragu
Suara-suara mereka penuh kebimbangan direkayasa
Aku ingin membotolkan suaramu...

Aura
Udara
Bara
Kisah klasik yang datang mengusik

Siluet
Gerak
Gelak
Kualitas retas

Bicarakan apa saja ketika aku ingin mendengar
Dengarkan baik-baik ketika aku mengadu hingar
Ini bukan semata memberi dan menerima
Ini kita sebagai komunitas limaratus orang peduli

Intimi
Tatap
Dekap
Sebut aku dalam tengadah hati

Hingga kau di cerminku dan aku di telingamu

{By: Anni Soetardjo...maksih Rahh,melambung nih}

MUTER

Berhenti sebentar biar kulonggarkan sabuk pengamanku
Dibaliknya aku merasa makin tak aman
Ini kembaraku,roda-roda kemungkinan yang kugelindingkan dalam satu tarikan nafas
Aku tak mau terpaku pada buku panduan "keliling dunia dalam 60 hari "

Biar kakiku rata tanah
Aku suka sensasi batu,rumput,pasir dan aspal di telapakku
Biarkan saja aku tak beranjak dan dunia yang mengeliliku
Dalam satu kali orbit aku akan tiba di porosku

Aku bangga
Walau apapun di lingkaranku,setidaknya aku pernah memilih menjadi penantang...

{By: Anni Soetardjo}

SUICIDE

Kau tahu,Tuhan ? (tentu saja,Kau Maha Tahu)__aku bisa saja bersedih atas Aceh dan Palestina,aku bisa saja marah pada politik dan intrik keji,aku bisa saja tertawa tanpa henti pada Sule dan Komeng,aku bisa saja menunjuk satu wajah dan menjadikannya sasaran peluruku___tapi untuk apa ?

___terlebih dulu,aku ingin bersedih atas dosaku dan bertobat,terlebih dulu aku akan marah pada kebodohan dan pengingkaran-pengingakaranku dan sebisa mungkin mengampuni diriku dan memohon ampunMu,terlebih dulu aku akan menertawakan ironi dan kekonyolanku lalu setelah itu kuletakkan moncong senjata di pelipisku.

...... bukan sebuah peluru untuk menghabisi keberadaanku,tapi sebuah harapan untuk melenyapkan "ketiadaanku" selama ini.

TUHANKU,terimakasih atas keberadaanku di semesta dan keberadaanMu di hatiku

{By: Anni Soetardjo}

Celupan..........

Sepotong besi sekantong mimpi
Tapal kuda dan pagar tinggi
Aku dipatri seperti karat ditunda

Sepotong baja,biji-biji krom dan nikel
Tambal saja lubangku hingga setangguh teguh
Akhir dari mencair tak mengalir,aku penuh

Adalah cekung bisu genangan keruh
Terkambang di nusa tanpa arang
Api pamungkas lebur logam terakhirku

Diam adalah emas,tapi…
Kini aku ingin bicara tentang raksa dan raksasa
Yang didih menindih dadaku

Wa man ahsanu minalllahi shibghoh ?

Celuplah dalam salju bidara
Dinginkan paru dan poriku seri
Oh,Jibril_cucilah jantungku di bejanamu

{By: Anni Soetardjo..........}

SIRKUS

Gila sudah gila rupanya
Sirkus malam terus digelar
Cincin api dan lompatan sangar singa bersurai
Badut berhidung tomat mengantar penari ular
Lihat: akrobat trampolin dan susunan cangkir

Aku kira tenda-tenda telah dibongkar
Waktu kemarin nyonya gypsi melempar tarot
Melotot dengan mata terbakar:
“kita harus segera berlayar…”

Tak sabar sembunyi dari sorot mereka
Telunjuk menuding,berpaling ke arah jeruji__tapi seakan untukku
Bersambut heran bergidik
Lihat: perempuan tanpa jantung!
Ada lubang seukuran apel di dadanya

Lalu kuraba dadaku; ada blackhole dingin berpijar
Asap berpilin di mataku; ada sirkus mini tanpa penonton
Big-bang bertumbuk: ada aku kepayang mabuk bintang-bintang

Terjaga terus terjaga hinga semesta baru membunuhku

{By: Anni Soetardjo}

MESRA.........

Hemm,
Hymne dalam hati
Notasi tanpa distorsi matamu bernyanyi
Ya,kita menari neverland caca marica

Tersenyum pada setiap nona yang minta dansa empat kali
Teringat dongeng waktu dulu,dan aku malu

Emosi agung
Pandang ulung
Debar tak tertanggung
Konotasi apa yang dibawa senyum manismu?
Ketika aku balas meringis
Merasakan dua belas ribu semut serbu jantungku

Aku menciut seukuran mente
Aku luluh separuh tubuh
Aku leleh tak karuan
Tidak, kumohon jangan menatapku begitu !

Bisa-bisa malaikat-pun akan tersipu

{By: Anni Soetardjo.....emang aku Arjuna?}

ACUH

Yang terhebat_Kau Yang Terhebat.Atas sehelai daun terkulai,atas behtera berlayar,atas segala sesuatu di langit yang tertahan pada ketinggiannya.Aku memuji :subhanallah.

Atas kerut lelah dan tubuh terbongkok nenek penjual pisang rebus depan stasiun,atas ikan-ikan di atas panci,atas udara yang penuh cinta.Aku bersyukur :alhamdulillah.

Maaf atas rokok yang kau hisap jika tembakaunya berasal dari ladang-ladang kami.Maaf atas rasa sakit yang kau tahan jika kedengkiannya berasal dari hati kami.....dan maaf atas airmatamu jika acuh itu berasal dari ketidakpedulian kami.



Di dalam rongga dadamu,Tuhan tidak meletakkan dua hati (al-ahzaab; 4),maka kau pasti lebih tahu kemana kecondonganmu.
Maafkan aku jika aku lebih condong pada kepengecutanku;ayah,ibu,Madura-ku,Indonesia-ku,Palestine-ku,dunia-ku,akhirat-ku.....Ada begitu banyak khotbah tumbuh dalam telingaku tapi tak setangkai padi-pun bisa kutuai.Ini sudah seperti omongkosong paling kosong.

Sudah,tak perlu kau tanya ta'wil-nya kepada Yusuf...


{By: Anni Soetardjo}

Shaf PERTAMA

Memancing di air keruh,pasang berombak dan sampah terikut bergulung antara
Sauh disana deretan perahu apung alun di tepian
Angin buai anak rambut dan telunjuk mengarah api pengeboran lepas pantai
Terduduk di sini membincangkan orang-orang yang tersayang

Dua hari yang lalu dan masih tersisa hangat pipimu bersemu
Juga senyum kekasihmu dalam ikhtisar mata menyipit
Ini sederhana,terbaik pada derak pagi dan arak matahari
Terimakasih...mengajakku bertiti hatimu,Kawan

Hahh,hingga hari ini aku bisa memancing di samudera yang lainnya
Tepat setengah jam ketika sarung harus diringkas dan tubuh dikemas wangi
Begini caramu MEMANCING gelakku seakan ikan penuh segeladak
Padahal hanya dua lubang gelap tempat tawaku berkubang sendamu

Hey,kecantikan telah bersisian dengan tur menuju shaf pertama
Cepatlah,cepatlah...jangan kalah oleh para Abuya berjenggot putih
Simpan dahulu taring tajam dan nota harga-hargamu
Simpan dahulu timbunan mentega palembangmu

Pintu telah terbuka
Malaikat rahmat berjaga
Runcingkan keningmu
Kali ini ; kita akan memancing Al-kautsar...

{By : Anni Soetardjo......ohh,me too}

RAYU MALAM

Pada gelap,malam tegap tak goyah oleh lampu jalanan atau sendu yang dihibakan sang gadis perawan
Pada gelap,kurasakan dunia berlubang bertambalan perca sana-sini dan laksa warna menerobos

Siapa yang menjahit pelana di punggungnya ?
Kita,pengelana sunyi melecut kepengecutan di setapak muram
Mengeram pada gerak-gerik semak untuk manabahkan diri
Berani hanyalah pengetahuan kejutan ketika kita berhadap-hadapan dengan cermin

Siapa yang meletakkan sedap malam di tangannya ?
Siapa yang menukilkan bintang-bintang di senyumnya ?
Siapa yang meniupkan angin di keningnya ?
Siapa yang menyerahkan nelangsaku ke dadanya ?

Pada gelap,malam selalu ada menyambutku...

{By: Anni Soetardjo.....how can I,baby..?}

JERIT

Kosong...

Kosong itu apa ?
Kosong ketika tak kutemukan satu kata untuk membacamu
Karang yang kau hujamkan ke wajahmu dan sebilah parang
yang kau tancapkan ke tanganku

Hujan turun dari jemariku dan mataku yang memutih seluruhnya
Inikah intuisi ketika aku tahu kau lebih berdarah dibanding aku

Menangislah
Tersedulah
Melonglonglah pada malam
Bersedanan rinai di sebalik dinding dimana kau dan aku saling memaki :

Mengapa kita ?
Mengapa kau disana dipaku pada singgasana kerisauan
Sedangkan aku disini tak bisa memanjat keterpisahan ini

Hilang itu apa ?
Yang termiliki hanya sebuah stempel pengesahan : manusia
Lalu kucari ke dalam detak jantungku seperti apa rupa kemanusiaan

Dia tak punya wajah
Dia tak bersuara
Dia jasad tak terlindung

Mengapa bukan kita ?
Apakah kekosongan dan kehilangan tak bisa disebut manusia...

{By: Anni Soetardjo}

...KAPAN LAGI..........

Kapan lagi
Kau mesraiku dengan tatapmu
Peluk kencangmu di pinggangku dalam angin semerbak sore

Kapan lagi
...Kau pujai bibirku dengan hangat tirakatmu
Kita telah sepakat merangkai bunga2 itu ke jambangan biru
Tempat jiwa-jiwa kita bebas dari keterikatan

Kapan lagi
Ada kisah seperti kita
tatkala Romeo telah mati oleh sebotol racun
dan Jack Dawson tenggelam di Samudra:
Kita masih saling menaut doa

Di sini,
dadaku masih kaku setiap disebut namamu
Degupnya menyebutmu...

Kapan lagi
Kita berbagi mendung pagi dan menjadi roman sehari
Kau tiba padaku yang mendamba
Kau pergi karenaku ngeri
Bukan tak sudi
Aku saja terlalu pecundang

Dan cukup sekali ini
Kapan-kapan pasti lebih berani

{By: Anni Soetardjo}

HIJAB

HIJAB
Henyak sejurus melumpuhkan
Tangis tanpa jerit berderit-derit di dadaku
Sedan juga kesan-kesan datang sendiri
Menepuk pundak akrab sekali
...
Hey,sudahlah...
Tumpah dan ruah di kening lusuh
Tengadah tangan dan tangkupkan jiwa
Tuhanku
Tuhanku
Tuhanku,aku memanggil Kau hiba terasa

Meski tak menembus langit ke tujuh,aku tiba
Apa yang menghijab airmataku dari perkenanMu ?

Amien !



{By: Anni Soetardjo}

Minggu, 13 Juni 2010

Laa Taghdob

Aku marah
Setiap bertemu kau aku mendidih..
Bara di bibirmu juga api di mataku membakar setiap inchi pembuluh
Marah...aku marah sekali...
Tersulut sumbuku untuk menghangusimu
...Lantak puing lantak gerus...
Berkobar dan persetan..!!!
Di ujung setanku ada setetes embun menyapa :
Laa taghdob wa lakal Jannah......


(by : Anni Soetardjo...........)

Selasa, 08 Juni 2010

PAGI di PANTAI MENDUNG

Puisi cintaku untukmu yang ku buat sekarang juga..
Dalam sisa cemas maluku..
Dalam basah bumi dan jejak ombak kenangan..
...Puisi cintaku,semestinya memang tentangmu..

Tatap pisah yang tanpa penuntasan
dan tolehanmu yang tanpa kelegaan..
Apa pengertian terbaik untuk kegetiran..??!

Puisi cintaku padamu
Mengapa bagai ditintakan tujuh samudra..
Tak selesai menoreh karam hati dan siam mendung..

Bibirku...bibirku meminta bibirmu
Dan setiap kecupmu..jiwaku seperti dituang air laut..
Setiap teguk semakin dahaga..

Puisi cintaku yang kutulis sekarang juga..
Ketika mataku berjelaga..
Ketika dunia mendura..
Kau berlalu,entah bila bersua..

Merana menghayat ireguk matamu...
Aku menuliskannya demi wangimu:
"Kapan kau hirup aku lagi..??!"

Biar lebih lahap aku memamah waktu
Suap demi suap dan sebatang rokok disampingmu
Ku lepaskan melodi camar..
kubaurkan harum ilalang...

Memelukmu di sisi (laut) biru..
dan untuk detik itu...
bisakah kita beku saja...
Agar tak kurasa lagi laparnya pertemuan....


(by: Anni Soetardjo.......unforgetable)